Jatuhnya Sang Tirani Dunia
Peradaban di penjuru bumi ini selalu diwarnai dengan kubangan darah, denting pedang, dan dentuman bom. Penguasaan atas suatu wilayah kadang didahului dengan perebutan kekuasaan. Perebutan ini bisa terjadi dalam suatu wilayah atau bahkan lintas wilayah. Inilah yang terjadi dalam peradaban manusia. Peperangan hanya menyisakan ketidakpuasan bagi yang kalah. Sementara itu, pihak yang menang menikmati kekuasaannya.
Namun, sejatinya kekuasaan yang dimiliki dari perebutan tidak akan langgeng. Selalu saja ada pihak yang akan merebutnya.
Tak ada kekuasaan yang abadi di dunia ini. Ini pula yang dialamiHitler, salah seorang diktator dunia yang paling berpengaruh. Kekuasaan yang ia rebut dari penguasa sebelumnya kembali direbut oleh musuh-musuhnya. Kekuasaan Hitler dimulai ketika ia memimpin Partai Nazi. Selanjutnya, atas kemenangan Partai Nazi pada 1929, Paul von Hindenburg (Presiden Jerman kala itu) mengangkat Hitler sebagai Kanselir.
Pada malam yang dikenal sebagai Malam Pisau Panjang (Nacht der langen Messer), Juni 1934, Hitler membunuh semua penentangnya dalam Partai Nazi. Sejak saat itulah Hitler mulai melebarkan kekuasaannya. Dengan menerapkan politik pembangunan peralatan militer Jerman, Hitler berhasil meraih dukungan militer.
Hitler menyerang dan membunuh kaum Komunis dan Yahudi dengan dalih kedua golongan itulah yang menyebabkan kemerosotan ekonomi Jerman. Dukungan militer yang begitu besar, membuat Hitler mampu menguasai beberapa negara tetangga Jerman. Agresi militer Hitler ini langsung mendapat respon dari Inggris dan Prancis yang langsung menyatakan perang terhadap Jerman.
Hitler, Mussolini, Stalin, Polpot, Alexander Agung, Lenin, Nero, dan Caligula adalah beberapa diktator dunia yang dibahas dalam buku ini. Nama-nama tadi mungkin sudah
tidak asing di telinga kita. Namun, bagaimana dengan Tamerlane, Tarquinus Superbus, Agrippina, Agustin de Iturbide, Alfredo Stroessner, dan Tippu Sultan? Nama-nama tadi masih terdengar asing di telinga kita.
Nah, buku ini menjelaskan para tiran dunia yang sebelumnya tidak pernah terdengar.
Tamerlane, seorang tiran dari Turki pernah membangun piramida dari 70.000 kepala manusia yang ia bunuh. “Karena hanya ada satu Tuhan di surga, begitu pula seharusnya hanya ada satu penguasa di dunia”, demikian kalimat terkenal yang ia ucapkan. Tamerlane bernama asli Timur, lahir di Kesh dekat Samarkand pada 1336. Nama Tamerlane sendiri berarti Timur yang Pincang, karena tangan kirinya cacat akibat terkena anak panah. Karier politiknya dimulai ketika ia menjabat sebagai menteri utama di daerah Transoxania (sekarang Uzbekistan). Bersama saudara iparnya, Amir Husayn, ia menggulingkan pemerintahan Ilyas Khoja pada 1364.
Setelah berhasil menaklukkan Transoxania pada 1366, ia membunuh Amir Husayn. Setelah itu, Tamerlane semakin melebarkan wilayah kekuasaannya. Ia tercatat pernah menaklukkan Irak dan Asia Tengah. Lucius Tarquinus Superbus merupakan raja ketujuh dan terakhir Roma di peradaban kuno. Superbus menjadi raja setelah membunuh raja sebelumnya, Servius Tullius pada 534 SM. Superbus dikenal sebagai salah seorang raja Roma yang kejam. Pada masa pemerintahannya (535—509 SM), Superbus banyak membunuh para senatornya. Kekuasaan Superbus hancur akibat ulah putranya, Sextus, yang memperkosa Lucretia,seorang wanita bangsawan. Perbuatan Sextus memicu kemarahan rakyat dan akhirnya timbullah pemberontakan yang dipimpin oleh keluarga Brutus. Pemberontakan ini berhasil menggulingkan kekuasaan Superbus dan membuatnya melarikan diri ke Eutria.
Seorang perempuan-pun bisa menjadi tiran. Sebut saja Agrippina, cicit Kaisar Roma Augustus. Agrippina merupakan saudara perempuan Kaisar Caligula yang diasingkan pada 39 M. Setelah dua tahun diasingkan, ia diizinkan kembali oleh Kaisar Caligula. Pada 49 M Agrippina melihat peluang untuk merebut kekuasaan Caligula. Ia kemudian meracun Passineus Crispus, suami keduanya.
Lalu menikahi pamannya yang sudah tua dan lemah, Kaisar Claudius. Tujuannya agar ia lebih efektif menjalankan kekuasaan. Kaisar Claudius pun menemui ajalnya pada 54 M, diduga diracun oleh Agrippina. Musuh-musuhnya, satu per satu diracun juga oleh Agrippina. Ironisnya, Agrippina tewas di tangan tentara kiriman putranya sendiri, Kaisar Nero.
Banyak lagi tiran dunia yang diceritakan dalam buku ini. Kisah hidup para tiran dipaparkan dalam buku ini, mulai dari masa kecil hingga akhirnya menjadi pemimpin tiran. Gaya para penguasa haus tahta ketika memimpin, mempertahankan, dan memperkuat kekuasaannya hingga akhirnya mengalami keruntuhan terekam dalam buku menarik ini. Gaya penulisannya yang mengalir bak cerita membuat buku ini enak dibaca. Sang penulis mampu membuat bacaan sejarah sebagai buku yang ringan, tetapi penuh informasi berharga. Buku ini bisa menjadi referensi menarik mengenai peradaban manusia.
Judul Buku : Runtuhnya Sang Penguasa, Dari Kudeta Hingga Terbunuh
Penulis : Nur Laeliyatul Masruroh
Penerbit : Raih Asa Sukses
Tebal : iv+220 hlmn
Peresensi: Mr. Chaplin, Desember 2013, JASMERAH.