Talkshow “Hemat Bisa Miskin, Boros Pasti Kaya” Berhasil Menarik Minat Penonton

Penebar Swadaya – Sabtu, 12 September 2015, di Gramedia Matraman diadakan acara bedah buku Hemat Bisa Miskin, Boros Pasti Kaya (HBMBPK) dengan pembicara Rina Dewi Lina selaku penulis dan juga seorang financial planner. Judul buku ini langsung menarik minat peserta untuk bertanya. Bagaimana bisa jika kita hemat malah menjadi miskin, tetapi jika kita boros malah menjadi kaya? Rina menjelaskan bahwa yang dimaksud hemat di sini adalah menabung. Namun, bagaimana menabung malah bisa membuat miskin? Hal ini bisa terjadi jika kita menabung tanpa tujuan keuangan. Nabung yang tanpa tujuan bisa membuat uang kita malah tidak menghasilkan apa-apa. Bahkan, jika jumlah nominal yang ada di tabungan itu semakin banyak, tak menutup kemungkinan kita akan tergoda untuk menggunakannya. Hal ini terjadi karena kita tidak memiliki tujuan dari menabung itu, uang hanya dikumpulkan saja.

20150912_141537

Rina menekankan, tujuan yang harus kita miliki saat menabung erat kaitannya dengan impian kita. Sebagai contoh, jika kita menabung dengan tujuan (impian) bisa menyekolahkan anak sampai jejang tertinggi, uang yang kita tabungkan itu akan berjalan ke arah tujuan (impian) itu. Itulah kaitannya dengan mempunyai mimpi (tujuan keuangan) dengan berhemat. Jika kita mempunyai mimpi, kita harus mulai berhemat.

Selanjutnya, Indari Mastuti, selaku moderator, menyinggung banyak terjadinya PHK belakangan ini. Lalu apa yang sebaiknya mereka lakukan? Rina menjelaskah bahwa dari uang yang diterima saat mereka di-PHK, harus disishkan dulu untuk dana darurat. Dari uang yang tersisa, barulah mereka memulai untuk mencari sumber pemasukan baru, misalnya dengan membuka usaha.

Berbicara mengenai dana darurat, selama acara berlangsung, Rina selalu menekankan bahwa kita harus memiliki dana darurat. Seberapa besar dana darurat itu? Dana darurat harus disiapkan enam kali besar pengeluaran sebulan. Misal, total pengeluaran kita per bulan sebesar 5 juta rupiah maka besar dana darurat yang harus kita miliki adalah 6 x 5 juta rupiah, yaitu 30 juta rupiah.

Lalu, apa hubungannya dana darurat dengan impian (tujuan keuangan) kita? Rina mejelaskan, jika kita memiliki tujuan, kita akan menabung untuk mencapai tujuan. Selain menabung, kita juga harus menyisihkan uang kita untuk menyiapakan dana darurat. Setelah dana darurat terkumpul, uang  baru bisa kita fokuskan untuk mencapai tujuan keuangan (impian). Dana darurat yang telah kita kumpulkan ini akan berguna sebagai “uang cadangan” yang akan kita gunakan jika suatu saat ada kejadian tak terduga yang membutuhkan uang. Jadi, uang tabungan kita tidak akan “terusik” karena dana daruratlah yang akan kita gunakan. Apabila dana darurat ini sudah terpakai, kita wajib “mengisinya” kembali.

Selain menekankan pentingnya dana darurat, Rina pun menyampaikan bahwa kita semua harus memiliki perencanaan keuangan yang matang. Bagi Anda yang sudah memiliki pasangan, buatlah perencanaan keuangan ini bersama-sama. Hal ini bertujuan agar kedua belah pihak memiliki fokus, tujuan, dan komitmen yang sama dalam penggunaan uang.

Sebelum acara berakhir, penulis menyampaikan bahwa melalui buku HBMBPK ini beliau berharap buku ini bisa menjadi buku panduan perencanaan keuangan. Berharap buku ini akan menjadi buku yang selalu bermanfaat karena akan bisa terus digunakan bagi Anda yang membutuhkan penjelasan mengenai perencanan kauangan.

 

(Atiatul Mu’min)